Oslo – Ketika stasiun pengisian cepat (DC Fast Charging) terus berkembang, model alternatif Battery Swapping (Penukaran Baterai) kembali mendapatkan momentum, terutama untuk fleet kendaraan komersial dan mobil entry-level. Dipelopori oleh perusahaan Tiongkok seperti NIO, teknologi battery swapping menawarkan solusi yang mengatasi kelemahan utama EV: waktu downtime pengisian yang lama.
Battery Swapping memungkinkan driver EV untuk menukar paket baterai yang habis dengan baterai yang terisi penuh dalam hitungan menit, waktu yang setara dengan mengisi bensin. Ini dicapai melalui stasiun penukaran otomatis yang menampung baterai cadangan yang terus diisi dayanya. Solusi ini menarik bagi konsumen yang bepergian jarak jauh atau mereka yang tidak memiliki akses ke pengisian daya di rumah.
Keunggulan terbesar swapping adalah untuk armada taksi dan logistik komersial. Kendaraan ini tidak mampu menunggu 30-60 menit untuk pengisian cepat; waktu downtime yang minimal adalah hal yang krusial untuk profitabilitas. Dengan swapping, fleet dapat kembali ke jalan raya hampir seketika, memaksimalkan waktu operasional. Model ini juga membuka kemungkinan bagi driver untuk hanya menyewa baterai, secara signifikan menurunkan harga pembelian awal EV.
Namun, battery swapping menghadapi hambatan besar terkait standarisasi dan infrastruktur. Agar sistem berfungsi secara massal, baterai harus memiliki dimensi, konektor, dan desain yang seragam di antara berbagai model dan produsen—sesuatu yang sulit dicapai di industri yang sangat kompetitif. Selain itu, biaya pembangunan jaringan stasiun penukaran yang padat sangat besar, seringkali membutuhkan dukungan atau kemitraan pemerintah.
Masa depan kemungkinan akan melihat koeksistensi antara fast charging dan battery swapping. Fast charging akan tetap dominan untuk pengisian overnight di rumah dan di lokasi publik. Sementara itu, battery swapping akan menargetkan segmen niche yang intensif penggunaan, di mana uptime adalah prioritas tertinggi. Perkembangan swapping menunjukkan bahwa industri EV masih bereksperimen dengan cara terbaik untuk menghapus hambatan utama adopsi massal.

